Sabtu, 31 Juli 2010

SENJATA ITU BERNAMA BOIKOT

"Ustadz, mengapa kita harus membantu Muslim Palestina? Bukankah masih banyak Muslim yang dekat dengan kita yang juga harus dibantu?" Seorang mustami bertanya pada sebuah pengajian.


“Muslim di mana pun, dekat atau jauh, yang butuh bantuan harus dibantu,” jawab ustadz. “Dengan membantu sesama Muslim, hakikatnya kita pun mengundang bantuan Allah bagi kita sendiri, selain menegakkan ukhuwah Islamiyah karena sesama Muslim itu saudara,” jelasnya seraya mengutip hadits, Allahu fi ‘aunil ‘abdi maakaanal ‘abdu fi ‘auni akhikhi. Allah akan menolong seorang hamba selama sang hamba suka menolong saudaranya.

Hadits lain yang dikemukakan ustadz, man laa yahtamma biamril muslimin falaisa minhum. Barangsiapa yang tidak peduli terhadap masalah yang dihadapi kaum Muslimin, maka ia bukan termasuk golongan mereka.
Menolong seorang Muslim yang dekat kita, dengan demikian, sama wajibnya dengan menolong Muslim yang jauh dengan kita, seperti Muslim Palestina itu. Bahkan, kata ustadz tadi, menolong Muslim Palestina bernilai lebih karena Palestina merupakan “laboratorium jihad” umat Islam mancanegara.

PADA April 2002, sejumlah ulama menyatakan, aksi jihad, membantu bangsa Palestina, dan membebaskan tanah suci Palestina dari cengkeraman Zionis adalah fardhu ain (kewajiban individu) atas semua umat Islam di seluruh dunia. Pernyataan dan seruan itu ditandatangani antara lain oleh Mursyid Am Ikhwanul Muslimin Musthafa Masyhur, Dr. Yusuf Qaradhawi, tokoh Islam Libanon Ayatollah Husain Fadhlullah, dan banyak lagi.

Mereka menyatakan, termasuk dalam kerangka tanggung jawab agama, historis, dan mengingatkan kaum muslimin serta pemerintahnya, bahwa jihad untuk membantu rakyat Palestina dan upaya membebaskan tanah suci di Palestina menjadi fardhu ‘ain bagi seluruh umat Islam.

Seruan serupa pekan ini dikumandangkan kembali oleh Syeikh Al-Azhar, Syeikh Thantawi, dan Mufti Mesir, Dr. Ali Jum'ah. Mereka menyatakan, fardhu 'ain hukumnya membantu rakyat Palestina. "Ini adalah fardhu 'ain bagi setiap umat Islam, baik pemimpin maupun rakyat biasa. Tidak hanya diam di hadapan bala dan musibah besar ini," kata mereka seperti dikutip hidayatullah. com.

Bagaimana caranya membantu Muslim Palestina? Selain dengan doa, bantuan dana, obat-obatan, logistik, bahkan senjata dan tenaga jika memungkinkan, umat Islam tidak pernah lupa fatwa yang dikeluarkan Syeikh Qaradhawi. Menurut ulama asal Mesir yang kini bermukim di Qatar ini, salah satu bentuk dukungan konkret bagi perjuangan rakyat Palestina adalah dengan mengembargo atau memboikot total produk Israel dan AS. "Satu real (mata uang Arab) yang Anda keluarkan untuk membeli produk Israel dan AS, sama dengan satu peluru yang akan merobek tubuh saudara Anda di Palestina,” katanya.

Qaradhawi menyatakan keterkejutannya terhadap sebagian umat Islam yang merasa tidak dapat hidup tanpa produk Amerika. "Saya terkejut ketika ada sebagian umat Islam mengatakan tidak mungkin hidup tanpa Pepsi, Coca Cola, Pizza Hut, atau peralatan modern produk Amerika," kata Qaradhawi.

Produk-produk Amerika perlu diboikot karena negara ini ikut membiayai negara Israel, berupa bantuan keuangan tiap tahun. Bentuk gerakan boikot yang paling sederhana adalah dengan tidak membeli produk-produk buatan Amerika dan Israel, atau produk dari negara mana pun yang berhubungan baik dengan Israel.

BOIKOT tampaknya menjadi “senjata baru” umat Islam dalam “peperangan modern” menghadapi negara-negara Barat, juga Israel. Boikot adalah aksi tidak membeli atau mengkonsumsi produk sebuah negara yang pemerintahannya dinilai memusuhi Islam dan kaum Muslimin.

Aksi boikot menjadi trend di negara-negara Muslim, seiring kerapnya pemerintah negara-negara Barat memusuhi kaum Muslimin, atau membiarkan warganya menghina Islam. Misalnya, ketika sebuah suratkabar Denmark, Jylland-Postens, pada 2006 memuat karikatur Nabi Muhamad Saw, masyarakat Muslim di Timur Tengah “menghukum” Denmark dengan memboikot produl-produk negara tersebut.

Aksi itu cukup berpengaruh. Dikabarkan, perusahaan Denmark-Swedia Arla Food mengalami kerugian sebesar 450 juta kroner. Produk-produk Arla Food yang mendominasi pasaran Timur Tengah, antara lain keju, susu, dan mentega, sehingga sangat mudah bagi masyarakat Timur Tengah untuk tidak membeli produk-produk tersebut.

Produk Belanda juga pernah terkena seruan boikot saat politisi Belanda, Geertz Wilders, memproduksi film anti-Islam, Fitna. Beberapa produk Belanda yang sangat familiar dengan kaum Muslim Indonesia antara lain Wall’s (Es Krim), Dove, Sunlight, Rexona, Philips, Clear, Sunsilk, Surf, dan Lux.
Aksi boikot akan efektif dan melumpuhkan ekonomi sebuah negara, jika umat Islam secara sadar melakukannya demi melakukan sesuatu untuk membela nama baik Islam. Sayangnya, produ-produk Barat kini sudah merasuki seluruh sendi kehidupan umat Islam, bahkan membuat umat ketergantungan terhadap (produk) Barat.

Mayoritas produk yang diiklankan di televisi dan media massa lainnya adalah produk Barat. Dengan kemasan iklan yang memikat, umat Islam tergoda untuk membeli atau mengkonsumsinya. Bahkan, “penyakit” bangga memakai produk asing sudah menjangkiti kaum Muslimin.

AKSI boikot tampaknya merupakan aksi paling realistis dan efektif, khususnya bagi umat Islam yang tidak berhadapan langsung dengan Israel. Aksi boikot akan meruntuhkan bisnis orang-orang Yahudi di Amerika dan seluruh dunia yang keuntungannya selalu mengalir ke Israel untuk biaya memerangi Muslim Palestina.

Aksi boikot merupakan salah satu cara memerangi Israel dan para pendukungnya. "Jika kita tidak bisa pergi dan berjuang bersama saudara-saudara kita di Libanon dan Palestina, mari bantu mereka dengan uang dan bersatu menyerang ekonomi musuh-musuh mereka," tulis salah satu blogger dalam sebuah situs internet yang melakukan kampanye boikot.

Menurutnya, kampanye boikot seperti ini banyak hasilnya. Ia menyebut kerugian ekonomi menyakitkan yang dirasakan oleh Denmark saat menghina Nabi Muhammad melalui kartun.

Para pengamat dan intelektual yakin, boikot ekonomi merupakan senjata paling ampuh yang dimiliki oleh Muslim dan Arab yang merasa dikhianati oleh pemerintahnya. Menurut Koordinator Projek Persatuan Pengguna Islam Malaysia, Noor Nirwandy Mat Noordin, dengan melakukan usaha pemboikotan, setidaknya umat Islam bisa melakukan sebagaimana yang dilakukan Mahatma Gandhi kepada pemerintahan Inggris. "Masyarakat pengguna bisa melakukan sesuatu guna menghentikan kekejaman itu sebagaimana yang pernah dilakukan oleh Gandhi saat menjatuhkan kerajaan Inggris," katanya.

Daftar produk yang diserukan untuk diboikot sangat banyak, di antaranya yang terkenal adalah KFC, McDonalds, Pizza Hut, A&W, Pepsi, Coca-Cola, Sprite, Fanta, Nike, Adidas, Calvin Klein, bateri Everydy dan Energizer, serta semua produk General Electric (GE).

Seruan boikot biasanya menghangat, jika ada aksi sangat biadab pasukan Israel terhadap Muslim Palestina –seperti terjadi pekan ini-- atau ada kasus penghinaan terhadap Islam di negara Barat.

Menjadi tantangan bagi produsen Muslim untuk menyiapkan alternatif atau pengganti produk yang masuk dalam daftar boikot, dengan kualitas yang sama, bahkan lebih baik, selain memenuhi kriteria halalan thayiban. Wasalam.*

1 komentar:

  1. terima kasih sudah berkenan mampir di blog saya...salam hanget dari manajemen emosi

    BalasHapus

sabily