Senin, 26 Juli 2010

Mencium Hajar Aswat

Bagi sebagian jamaah haji Indonesia, mencium Hajar Aswat (atau Hajar Aswad) adalah suatu hal "wajib" yang biasanya menjadi salah satu cerita yang dijadikan "oleh-oleh" saat pulang ke tanah air. Namun pada saat musim haji yang sangat ramai, hal yang satu ini tergolong sangat sulit dilakukan dan beresiko cukup tinggi. Ini karena padatnya keadaan di sekitar Ka'bah. Ribuan orang ingin melakukan hal yang sama pada saat bersamaan dan tidak ada sistem atau aturan yang mengatur agar proses penciuman berjalan lancar, teratur, aman, dan "adil".

Hajar Aswat sendiri adalah sebuah batu hitam dengan rongga ditengahnya yang berada di sudut Ka'bah antara rukun/sudut Yamani dan pintu Ka'bah. Sudut ini adalah titik dimulainya putaran pertama tawaf mengelilingi Ka'bah. Area disekitarnya adalah wilayah paling padat diantara area lainnya didalam Masjidil Haram. Jika dalam saat peak hours (sehabis sholat wajib), biasanya dalam radius sekitar 10 m dari Hajar Aswat, kepadatan sudah sangat terasa. Ratusan orang berdesak-desakan dari berbagai sudut dorong-mendorong untuk menuju ke arah batu hitam ini.

Dalam berbagai petunjuk haji/umroh, disebutkan dengan tegas bahwa mencium Hajar Aswat adalah kegiatan sunnah. Sedangkan saling menghormati sesama muslim wajib hukumnya. Jadi bila kita hendak mencium Hajar Aswat yang sunnah, namun melakukannya dengan manyakiti atau tidak menghormati muslim lain, maka haram lah hukumnya. Rasanya prinsip ini harus benar-benar dicamkan bagi semua jamaah yang memiliki niat untuk melakukan hal yang satu ini.

Bagi saya yang cukup beruntung berada di kloter awal dimana keadaan sekitar Ka'bah masih terhitung sepi, bisa jadi usaha mencium Hajar Aswat menjadi sedikit lebih "ringan" dilakukan. Namun memang dalam kenyataannya, ada banyak hal "ghaib" yang sulit diterangkan dengan akal. Biarpun sepi, namun banyak jamaah bercerita bahwa mereka tidak berhasil melakukannya. Dalam keadaan sangat padat, banyak juga jamaah yang berhasil dengan relatif mudah melakukannya. Jadi, sepi ataupun tidak, hampir tidak membuat perbedaan apapun karena dalam radius 5-10 m dari Hajar Aswat, tidak pernah saya menyaksikan area ini sepi dari manusia.

Berdasar banyak pengalaman jamaah sebelumnya, yang terpenting adalah niat. Bulatkan tekad bila betul-betul ingin melakukannya, tanpa itu kecil kemungkinan anda bisa melakukannya. Persiapkan mental dan fisik sebelum masuk ke "arena". Banyak juga yang menyarankan agar melakukannya sebagai bagian dari tawaf, jangan semata-mata hanya masuk arena sekitar Ka'bah hanya untuk mencium Hajar Aswat. Jadi kita mendekati area ini untuk melakukan istilam, menciumnya untuk memulai satu putaran tawaf.

Satu hal lagi, anda harus percaya bahwa dengan pertolongan Allah, anda akan bisa melakukannya. Saya melihat dengan mata kepala sendiri dimana orang-orang yang kuat, tinggi dan besar tidak berhasil melakukannya, malah orang Indonesia yang kecil tapi lincah yang bisa berhasil.

Berdasar pengalaman saya, ketika masuk area padat, ikuti saja arus dorongan manusia yang ada disekitar anda. Anda sebaiknya memulai masuk dari area rukun Yamani, jadi tidak melawan arus putaran tawaf. Jangan sekali-sekali menyikut atau mendorong orang lain. Insya Allah, perlahan-lahan anda akan terdorong sendiri mendekati Hajar Aswat. Jika melihat orang lain mendapat kesulitan seperti terjepit misalnya, bantulah bila memungkinkan, tentu saja jangan sampai membahayakan diri sendiri.

Bila kemudian anda "terlempar" keluar dari pusaran, biarpun sudah sangat dekat dengan sasaran, janganlah memaksa masuk dengan menyakiti orang lain. Terimalah dengan ikhlas, jangan emosi karena tindakan orang lain, ikuti putaran tawaf anda, istilam lah dengan mengangkat tangan anda kearah Hajar Aswat dan ucapkan "bismillah hi Allahu akbar", teruskan prosesi tawaf anda. Insya Allah di putaran berikutnya, atau di putaran-putaran setelah itu, atau di hari lain anda akan bisa menciumnya, seperti yang dilakukan Rasulullah SAW pada saat beliau tawaf dahulu.

Dengan kebesaran-Nya, Allah akan menunjukkan jalan pada kita dengan cara-cara yang kita tidak perkirakan. Disinilah biasanya muncul kisah-kisah luar biasa seputar usaha orang-orang yang ingin mencium Hajar Aswat. Apa cerita anda?

Saya sarankan juga agar tidak menggunakan jasa "joki" yang banyak menawarkan jasa diseputaran Hajar Aswat. Kalau saya perhatikan, para joki yang orang Melayu ini, mereka banyak melakukan tindakan yang kurang baik saat membantu "client"-nya menuju ke sasaran.

Dengan mentaati prinsip-prinsip diatas, insya Allah proses tawaf dan penciuman Hajar Aswat bisa membawa kebaikan bagi para jamaah haji yang melakukannya. Sangat sulit mengharapkan setiap orang taat azas, akan ada saja orang yang dengan egoisnya melakukan tindakan-tindakan yang tidak sesuai nilai Islami, tapi mungkin itulah bagian dari dinamika berhaji.

Wallahualam..
http://madriyanto.multiply.com/journal/item/373/Mencium_Hajar_Aswat

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

sabily