Sadarlah! Kristen adalah Agama Penjajah yang Masuk Indonesia Melalui Penjajahan
Secara
historis, gerakan kristenisasi di Indonesia sudah dilakukan misionaris
Kristen sejak zaman penjajahan Belanda. Oleh karena itu, sejarah
kristenisasi tidak bisa dipisahkan dari misi penjajahan, karena salah
satu misi penjajahan Belanda di Indonesia adalah penyebaran kekristenan.
Hal itu ditegaskan KH Muhammad
Al-Khaththath dalam kajian ilmiah Majelis Ilmu Ar-Royyan “Membongkar
Kristenisasi dalam Pembohongan Masyarakat” di Masjid Muhammad Ramadhan
Bekasi, Ahad (13/11/2011).
“Jadi harus kita pastikan dalam benak
kita bahwa Kristen itu adalah agama penjajah dan dia ke sini dibawa oleh
penjajah Belanda, difasilitasi penjajah Belanda dan dipakai untuk
memurtadkan umat Islam,” ujar Sekjen Forum Umat Islam (FUI) ini.
Berbagai kasus pemurtadan yang berulang
kali terjadi di Bekasi dan berbagai tempat lainnya, menurut Khaththath,
karena orang-orang Kristen terus mencari modus baru kristenisasi.
“Mengenai kasus kristenisasi berkedok Mobil Pintar di Bekasi dan yang
lainnya itu hanya modusnya saja. Mereka tidak akan berhenti mencari
modus-modus baru,” paparnya.
Menilik sejarah ke belakang, Khaththath
memaparkan sejarah kristenisasi pasca runtuhnya Orde Lama. Tahun 1967
Presiden Soeharto mengadakan musyawarah antaragama. Musyawarah ini
diadakan terkait ketegangan umat beragama, khususnya setelah agresivitas
misi Kristen memurtadkan umat Islam yang pada waktu itu baik secara
langsung atau tidak langsung terekrut oleh PKI. Waktu itu, puluhan
hingga ratusan ribu, bahkan mungkin jutaan umat Islam yang masuk
Kristen. Banyak yang percaya, kalau tidak masuk Kristen mereka tidak
akan selamat karena mereka PKI.
Waktu itu, umat Islam yang dicap PKI itu
ada dua macam. Ada yang benar-benar meyakini ideologi komunis, tapi ada
juga yang tidak sengaja. Mereka yang arisan sepeda ontel didata lalu
dimasukkan dalam daftar anggota PKI oleh pengurus arisan yang notabene
PKI.
Karena orang-orang PKI dikejar-kejar
oleh rezim Soeharto, maka untuk menyelamatkan diri, akhirnya mereka
masuk Kristen. Kasus inilah yang memicu ketegangan, sehingga pemerintah
mengadakan Musyawarah Antarumat Beragama yang melahirkan SKB Tiga
menteri, yang intinya meminta kepada umat beragama untuk tidak melakukan
penyebaran agama kepada orang yang sudah beragama.
Menurut ajaran Islam, jelas Khaththath,
keputusan pemerintah ini sebenarnya tidak sesuai dengan ajaran Islam
karena bertentangan dengan firman Allah dalam surat An-Nahl 125:
“Serulah (manusia) kepada jalan Tuhanmu dengan hikmah dan pelajaran yang
baik.”
Ayat ini, tambah Khaththath, menyatakan
bahwa Islam harus disebarkan kepada siapa saja, baik yang sudah beragama
maupun yang tidak beragama. Islam sebagai agama yang kaafatan linnas dan Rasulullah sebagai nabi yang rahmatan lil ‘alamin, fungsionalnya menembus segala batas dan segala umat.
Meski keputusan pemerintah bertentangan
dengan ajaran Islam, tapi dengan lapang dada umat Islam mau menerima
keputusan itu, demi kerukunan umat beragama. Justru pihak Kristen yang
menolak tegas dengan alasan bertentangan dengan ajaran Injil. “Demi
kerukunan umat beragama, umat Islam mau menerima keputusan pak Harto
soal SKB tiga Menteri itu. Namun orang Kristen tidak mau menerimanya,”
jelas Khaththath. “Yang kita tahu bahwa dalam Islam baik Kristen maupun
Yahudi di utus untuk kaumnya masing-masing, hanya Islam yang untuk
seluruh umat manusia,” tambahnya.
Penolakan terhadap keputusan pemerintah
inilah yang menjadi pangkal dari ramainya benturan antara Islam dan
Kristen. “dengan segala cara mereka terus melakukan proses penyebaran
agama mereka walaupun melanggar peraturan, misalnya SK no. 70 tahun 1978
tentang tata cara penyiaran agama,” tegas Khaththath. [ahmed widad]
Sumber: (voa-islam.com) –
Tidak ada komentar:
Posting Komentar