Selasa, 17 Agustus 2010

Proklamasi & Ramadhan


BISMILLAHIRROHMAANIRROHIM
ALLAHU AKBAR


http://amyrichie.blogdetik.com/files/2009/08/merah-putih-di-puncak.jpg
sumber : http://gamais.itb.ac.id/index.php?option=com_content&view=article&id=51:proklamasi-dan-ramadhan&catid=39:ku&Itemid=63
Hari Jumat di bulan Ramadhan, pukul 05.00 pagi, fajar 17 Agustus 1945 memancar di ufuk timur. Embun pagi masih menggelantung di tepian daun. Para pemimpin bangsa dan para tokoh pemuda keluar dari rumah Laksamana Maeda, dengan diliputi kebanggaan setelah merumuskan teks Proklamasi hingga dinihari. Mereka, telah sepakat untuk memproklamasikan kemerdekaan bangsa Indonesia hari itu di rumah Soekarno, Jalan Pegangsaan Timur No. 56 Jakarta, pada pukul 10.00 pagi. Bung Hatta sempat berpesan kepada para pemuda yang bekerja pada pers dan kantor-kantor berita, untuk memperbanyak naskah proklamasi dan menyebarkannya ke seluruh dunia ( Hatta, 1970:53 ).

Menjelang pelaksanaan Proklamasi Kemerdekaan, suasana di Jalan Pegangsaan Timur 56 cukup sibuk. Wakil Walikota, Soewirjo, memerintahkan kepada Mr. Wilopo untuk mempersiapkan peralatan yang diperlukan seperti mikrofon dan beberapa pengeras suara. Sedangkan Sudiro memerintahkan kepada S. Suhud untuk mempersiapkan satu tiang bendera. Karena situasi yang tegang, Suhud tidak ingat bahwa di depan rumah Soekarno itu, masih ada dua tiang bendera dari besi yang tidak digunakan. Malahan ia mencari sebatang bambu yang berada di belakang rumah. Bambu itu dibersihkan dan diberi tali. Lalu ditanam beberapa langkah saja dari teras rumah. Bendera yang dijahit dengan tangan oleh Nyonya Fatmawati Soekarno sudah disiapkan. Bentuk dan ukuran bendera itu tidak standar, karena kainnya berukuran tidak sempurna. Memang, kain itu awalnya tidak disiapkan untuk bendera.

Sementara itu, rakyat yang telah mengetahui akan dilaksanakan Proklamasi Kemerdekaan telah berkumpul. Rumah Soekarno telah dipadati oleh sejumlah massa pemuda dan rakyat yang berbaris teratur. Beberapa orang tampak gelisah, khawatir akan adanya pengacauan dari pihak Jepang. Matahari semakin tinggi, Proklamasi belum juga dimulai. Waktu itu Soekarno terserang sakit, malamnya panas dingin terus menerus dan baru tidur setelah selesai merumuskan teks Proklamasi. Para undangan telah banyak berdatangan, rakyat yang telah menunggu sejak pagi, mulai tidak sabar lagi. Mereka yang diliputi suasana tegang berkeinginan keras agar Proklamasi segera dilakukan. Para pemuda yang tidak sabar, mulai mendesak Bung Karno untuk segera membacakan teks Proklamasi. Namun, Bung Karno tidak mau membacakan teks Proklamasi tanpa kehadiran Mohammad Hatta. Lima menit sebelum acara dimulai, Mohammad Hatta datang dengan pakaian putih-putih dan langsung menuju kamar Soekarno. Sambil menyambut kedatangan Mohammad Hatta, Bung Karno bangkit dari tempat tidurnya, lalu berpakaian. Ia juga mengenakan stelan putih-putih. Kemudian keduanya menuju tempat upacara.

Marwati Djoened Poesponegoro ( 1984:92-94 ) melukiskan upacara pembacaan teks Proklamasi itu. Upacara itu berlangsung sederhana saja. Tanpa protokol. Latief Hendraningrat, salah seorang anggota PETA, segera memberi aba-aba kepada seluruh barisan pemuda yang telah menunggu sejak pagi untuk berdiri. Serentak semua berdiri tegak dengan sikap sempurna. Latief kemudian mempersilahkan Soekarno dan Mohammad Hatta maju beberapa langkah mendekati mikrofon. Dengan suara mantap dan jelas, Soekarno mengucapkan pidato pendahuluan singkat sebelum membacakan teks proklamasi

***
Cerita diatas adalah cukilan kisah di hari Jumat tanggal 9 Ramadhan 1364 yang bertepatan dengan 17 Agustus 1945, yaitu cukilan kisah prokamasi kemerdekaan Republik Indoensia. Kini delapan Windu jaraknya dari hari itu Republik Indoensia telah merdeka. Sebuah kemerdekaan yang merupakan rahmat Allah SWT. Sehingga tidak salah bila dalam pembukaan UUD 1945 tertulis: “Dengan rahmat Allah SWT bangsa Indonesia telah sampai kepada pintu gerbang kemerdekaan”. Sebab, tanpa rahmat Allah SWT, rasanya mustahil bangsa Indonesia mencapai pintu kemerdekaan. Kalimat “rahmat Allah SWT” yang tertuang pada pembukaan UUD 1945 tersebut, sesuai dengan hadits Nabi saw yang berbunyi; 
“Bulan Ramadhan pase pertamanya adalah rahmat, pertengahannya adalah maghfirah (ampunan) dan akhiirnya adalah kebebasan dari api neraka”. (HR: Muslim). 
Bukankah proklamasi kemerdekaan Indonesia terjadi pada tanggal 9 Ramadhan yang merupakan fase pertama bulan Ramadhan yang penuh rahmat? Subhanallah !!. Inilah yang harus dipahami umat islam, sehingga umat Islam tidak bersikap sekuler dan nasionalis buta.

Untuk itu, dalam memperingati hari kemederkaan RI dan mendekati masuknya bulan Ramadhan, hendaknya umat Islam mengintrospeksi mengapa kini umat islam terpuruk di bangsanya sendiri?, mengapa umat islam menjadi tamu di negerinya sendiri. Apakah memang telah terjadi pergeseran akidah dan semangat antara umat Islam dahulu dengan umat Islam kini? Jika dulu asset bangsa yang dirampas kita rebut kembali, kini sebaliknya, asset negara dijual ke pihak asing? Jika dulu setiap kita mempersembahkan apa saja untuk negara, kini justru merampas harta negara untuk kepentingan dirinya. Jika dulu berjuang demi agama dan umat, kini berjuang hanya untuk dunia. Apakah ini yang menyebabkan bangsa ini terpuruk?.

Dalam Ramadhan yang akan kita masuki nanti-lah waktu yang tepat untuk membersihkan hati, meluruskan niat, dan memompa semangat spritual dan semangat juang. Oleh karena itu, dalam hidupnya Nabi saw tidak pernah meninggalkan momen Ramadhan sebagai charger (pengisi) kekuatan iman dengan cara beri’itikaf.

Proklamasi kemerdekaan terjadi pada bulan Ramadhan dan kemenangan-kemenangan pun banyak terjadi pada bulan Ramadhan. Marilah kita isi kemerdekaan in dengan semangat Ramadhan. Semangat membangun lahir dan batin. Semangat berjuang mencari ridho Alllah SWT. Semoga kita dapat meraih kembali kemerdekaan yang hakiki. Amin.

Wallahu’alam Bishowab

Referensi :
Situs Wikipedia
Situs Sekretaris Negara Republik Indonesia
Tulisan H. Muhammad Jamhuri, Lc



Spirit Proklamasi Pengaruh dari Islam

sumber: http://mjinstitute.com/index.php/artikel/history/14-spirit-proklamasi-pengaruh-dari-islam-

Proklamasi  17 Agustus 1945 terjadi bertepatan dengan 9 Ramadhan 1364 H., Jumat legi jam 10 pagi dan dibacakan oleh Bung Karno dan didampingi oleh Bung Hatta, dengan mengibarkan bendera Merah Putih. Sepintas peristiwa akbar yang besejarah ini dinilai sebagai peristiwa politik saja tanpa dijiwai oleh ajaran islam. Padahal Bung Karno sendiri sebagai pelaku sejarahny amenyatakan bahwa pemilihan tanggal 17 agustus dipengaruhioleh kewajiban shalat yang dijalankannya setiap hari, yaitu sebanyak 17 rakaat.


Dan lagi proklamasi terjadi pada bulan ramadhan yang mana al Quran pun diturunkan kepada Rasulullah pada 17 ramadhan.

Termasuk hari jum`at legi dinilai oleh Bung Karno sebagai jum`at yang bahagia. Demikian penuturannya kepada Cindy Adam dan ditambahkan pula bahwa tanggal 17 merupakan tanggal yang direncanakan di Saigon dapada 10 Agustus 1945, dan angka 17 diyakini sebagai angka keramat.

Seperti yang dikemukakan diatas, Bung Karno menyatakan bahwa proklamasi 17 Agustus 1945 terjadi pada bulan Ramadhan. Proklamator saat itu sedang berpuasa, tetapi akibat setiap kali peringatan hari proklamasi terjadi pada tanggal 17 Agustus dengan tanpa menyebutkan tanggal Ramadhannya, menjadikan setiap bulan Ramadhan tidak pernah teringat kembali sebagai hari proklamsi kemerdekaan.

 

 

Berkat Rahmat Allah
Suatu momen sejarah yang menakjubkan. Bangsa Indonesia berani menampilkan diri sebagai bangsa yang merdeka di tengah dilaksanakannya keputusan Postdam. Antara lain Sekutu (USA,Inggris, Prancis dan Rusia) menyetujui Belanda menerima kembali Indonesia sebagai jajahannya. Namun bangsa Indonesia berani memproklamasikan denga tanpa menghiraukan sekutu yang mendemontrasikan keberhasilannya mengahuncur lumatkan segenap komunis dan lingkungan fisik Hirosima dan Nagasaki dengan bom atom pada 6 dan 9 agustus 1945. Mengapa Indonesia berani menghadapi kekuatan sekutu yang baru saja mengalahkan Jerman, Italia dan Jepang seperti diatas?.
Proklamasi 17 agustus tidak hanya diproklamasikan pada tanggal yang berangka keramat dan di hari jumat suci, tetapi juga tepat pada tanggal 9 ramdhan 1364 H. Tanggal ini jatuh pada puluhan pertama Ramadhan, yaitu puluhan rahmat. Oleh karena itu, tepat sekali bila perumusan nilai kemerdekaan indonseia menjadi: “Atas berkat rahmat Allah Yang Maha Kuasa dan dengan didorongkan oleh keinginan luhur, supaya berkehidupan kebangsaan yang bebas , maka rakyat Indonesia menyatakan dengan ini kemedekaannya".

Sejarah menampakan bukti tentang berkat rahmat Allah yang Maha Kuasa bila diperhatikan pada masa perang kemerdekaan. Bangsa dan Negara saat itu belum memliki militer regular untuk menghadapi kedatangan sekutu. Bagaimana bila tanpa rahmat Allah Yang Maha Kuasa, Republik Indonesia yang masih sangat lemah dan muda akan mudah dipatahkan. Apalagi Belanda selain didukung oleh Sekutu, juga oleh PKI yang berada dibawah komando Rusia, memihak kepada Belanda. PKI bekerjasama dengan Van Mook menolak proklamsi.

Tetapi kenyataannya, bangsa Indonesia dapat menunjukan keunggulan kejuangannya. Senjata bambu runcing disertai takbir Allah Akbar mampu mempertahankan Surabaya dari ultimatum Sekutu. Inggris belum pernah melihat kenyataan keberhasilan serbuan suatu bangsa dengan bersenjatakan bambu runcing menjadikan Inggris kehilangan dua perwira tinggi udara dan darat, seperti yang terjadi di Surabaya pada tangggal 10 November 1945. Padahal hal baru beberapa bulan dari proklamasi dan baru beberapa hari pembentukan TNI pada 5 Oktober 1945, Indonesia berhasil melumpuhkan Ingris sang pemenenga perang Dunia II. Apalagi dengan adanya serangan rakyat Jawa Barat pada 9 Desember 1945 di Bojong Kokosan Sukabumi. Disini Inggris kehilangan lagi seorang perwira tingginya.

Kehilangan tiga perwira tinggi dalam waktu relatif pedek , tidak pernah dialami oleh Inggris selama perang Dunia II. Kondisi buruk ini diikuti denga direbutnya kembali benteng Willem I, dan berkibarnya bendera merah putih (1 syuro 1365-6 Desmber 1945), serta jatuhnya Ambarawa (10 Syuro 1365 – 15 Desember 1945) yang mana kedua tanggal  ini merupakan tanggal keramat dalam Islam. Peristiwa ini memberikan kejelasan adanya rahmat Allah Yang Maha Kuasa pada periode awal perang kemedekaan.

Catatan:
Artilkel ini disadur dari sebuah buku usang diantara tumpukan buku asing dengan kondisi yang menghawatirkan denga judul “MENEMUKAN SEJARAH WACANA PERGERAKAN ISLAM INDONESIA” Oleh: Prof. Drs. Ahmad Mansur Surya Negara dan di Pubilkasikan oleh Penerbit Mizan, Cetakan I: Muharram 1416/Juni 1995. 

sumber : http://mjinstitute.com/index.php/artikel/history/14-spirit-proklamasi-pengaruh-dari-islam-



Rahasia Kemenangan
di bulan Ramadhan

sumber: http://sigitwahyu.net/hikmah/rahasia-kemenangan.html



 

"Kamu orang-orang Islam tidak akan dapat dikalahkan karena jumlah yang kecil. Kamu pasti dapat dikalahkan walaupun mempunyai jumlah yang banyak melebihi jumlah musuh jika kamu terlibat di dalam dosa-dosa."
(Abu Bakar Shiddiq)



Menjadi fakta sejarah, bulan Ramadhan merupakan bulan kemenangan umat Islam. Banyak kemenangan umat Islam dalam peperangan terjadi pada bulan Ramadhan. Bermula dari kemenangan pertama umat Islam terhadap orang-orang musyrik Mekkah pada Perang Badar hingga Perang Arab-Israel Oktober 1973. Penarikan mundur pasukan Rusia dari Afghanistan juga terjadi pada bulan Ramadhan. Berhentinya peperangan di Bosnia-Herzegovina, sehingga umat Islam dapat hidup relatif tenang, pun terjadi pada bulan Ramadhan. Proklamasi negara kita, Republik Indonesia, pun terjadi tanggal 17 Agustus 1945 terjadi pada bulan Ramadhan.


Kita simak lagi beberapa catatan gemilang dalam sejarah umat Islam berikut ini. Perang Badar Al-Kubra terjadi tanggal 17 Ramadhan 2 H (Januari 624 M). Menurut Ibnu Hisyam, perang ini merupakan kemenangan pertama yang menentukan kedudukan umat Islam dalam menghadapi kekuatan kemusyrikan dan kebatilan. Allah SWT mengutus maklaikat untuk membantu pasukan muslimin. Enam tahun kemudian, 10 Ramadhan 8 H (Januari 630 M), terjadi peristiwa penaklukkan Kota Makkah (Futuh Makkah) juga penghancuran berhala-berhala di sekitar Ka’bah di Masjid Haram.


Lalu Perang Tabuk (Ramadhan 9 H) dan datangnya utusan Raja Himyar ke Madinah untuk menyatakan kemasukan Islam, penyebaran Islam ke Yaman di bawah pimpinan Ali bin Abi Thalib (Ramadhan 10 H), kemenangan tentara Islam di Pulau Rhodes (Ramadhan 53 H), pendaratan pasukan Islam di Pantai Andalusia Spanyol (Ramadhan 91 H), dan kemenangan Panglima Thariq bin Zaid atas Raja Frederick dalam Perang Fashillah (Ramadhan 92 H).


Pada Ramadhan 584 H, panglima tentera Islam, Salahuddin Al-Ayyubi, mendapat kemenangan besar. Tentera Islam menguasai daerah-daerah yang sebelumnya dikuasai oleh tentera Salib dan menguasai Benteng Shafad yang kuat. Pada Ramadhan 658 H, Kerajaan Tartar hancur dan pasukannya ditahan di pintu gerbang Mesir di kota ‘Ain Jalut. TenteraTartar sebelumnya telah menguasai sebagian wilayah Islam.


Kemenangan bangsa Arab dalam perang melawan Israel pada tahun 1973, juga terukir pada bulan Ramadhan. Hanya dalam beberapa jam setelah perang meletus, 200 pesawat terbang Israel dapat dirontokkan dan 800 tanknya dilumpuhkan. Israel sudah di ambang kehancuran. Kalau tidak dibantu Amerika Serikat, niscaya Israel benar-benar sudah hancur saat itu.


Itulah gambaran ringkas sejarah kemenangan umat Islam pada bulan Ramadhan. Catatan sejarah yang mestinya menjadi motivator bagi umat Islam masa kini untuk meraih kemenangan dalam setiap persaingan dan peperangan di berbagai bidang. Utamanya, umat Islam selayaknya menggali hikmah di balik kemenangan-kemenangan gemilang masa lalu itu, lalu diteladani untuk merancang kemenangan pada masa kini.


Kemenangan umat Islam yang banyak terjadi pada bulan Ramadhan memunculkan rasa ingin tahu, apa rahasia di balik kemenangan itu? Salah satu jawabannya adalah karena pada bulan Ramadhan umat Islam melaksanakan ibadah puasa-satu-satunya ibadah yang dipersembahkan kepada Allah sebagai bukti keimanan. Ketika berpuasa, umat Islam mampu mengendalikan diri (self control) untuk senantiasa berbuat amal saleh dan menghindari kemaksiatan. Amal saleh itulah yang kemudian mengundang datangnya pertolongan Allah SWT. Jika pertolongan Allah sudah tiba, maka tidaka ada yang bisa 
menghalanginya, walaupun-seperti terjadi dalam Perang Badar pasukan musuh jauh lebih banyak jumlahnya. Berbagai kemenangan umat Islam pada bulan Ramadhan juga menjelaskan kepada kita dan umat manusia pada umumnya, bahwa kemenangan adalah milik orang-orang mukmin yang memiliki akidah yang kokoh, kebersihan diri, dan ruhul jihad yang membara demi menggapai keridhoan Allah semata. Kepribadian Muslim demikian salah satunya dibentuk dengan ibadah puasa. Hakikat puasa adalah meninggalkan keinginannya untuk menjalankan perintah Allah atau menanggalkan kehendak diri dan menjalankan kehendak-Nya. Puasa bukan hanya menahan diri dari makan dan minum, tetapi juga menahan diri dari semua dorongan hawa nafsu.


Dengan demikian, umat Islam akan jaya dan memperoleh kemenangan jika berjuang penuh keimanan, keikhlasan, kesucian hati dan diri, sehingga pertolongan Allah pun tiba sebagaimana dijanjikan-Nya. Kemenangan adalah milik mereka yang mengabdikan kehidupannya kepada Allah SWT, dengan mematuhi perintah dan menjauhi larangan-Nya (takwa).


Sejarah menunjukkan demikiankemenangan diraih dengan kesalehan atau ketakwaan. Mari kita simak kisah berikut. Satu ketika terdapat seorang tawanan Romawi di dalam penjagaan orang-orang Islam. Terjadi satu keadaan di mana dia telah dapat meloloskan diri dan lari. Raja Heraklius bertanya kepadanya mengenai keadaan orang-orang Islam dengan mendalamnya supaya seluruh kehidupan mereka tampak jelas dihadapannya. Tawanan ini menerangkan, pasukan Islam adalah ahli ibadat waktu malam dan kesatria pada siang harinya. Jika mereka berjumpa, mereka memberi dan menjawab salam. Heraklius menjawab dengan cepat: jika laporan itu benar dan tepat, maka mereka akan menjadi raja-raja bagi kerajaan Heraklius.


Heraklius mempunyai jumlah tentera yang sangat banyak sedangkan jumlah orang-orang Islam sangat terbatas. Amr bin 'Ash memberitahu Abu Bakar Siddiq mengenai keadaan tersebut. Sebagai jawabannya, Abu Bakar menulis: Kamu orang-orang Islam tidak akan dapat dikalahkan karena jumlah yang kecil. Kamu pasti dapat dikalahkan walaupun mempunyai jumlah yang banyak melebihi jumlah musuh jika kamu terlibat di dalam dosa-dosa.


Ketika Heraklius tiba di Anthokia setelah pasukan Romawi dikalahkan pasukan Muslimin, dia bertanya, Beritahukan kepadaku tentang orang-orang yang menjadi lawan kalian dalam peperangan. Bukankah mereka manusia seperti kalian?. Mereka menjawab, Ya. Apakah kalian yang lebih banyak jumlahnya ataukah mereka? Kamilah yang lebih banyak jumlahnya dimanapun kami saling berhadapan.


Lalu mengapa kalian bisa dikalahkan? Seseorang yang dianggap paling tua menjawab, Karena mereka biasa shalat di malam hari, berpuasa di siang hari, menepati janji, menyuruh kepada kebajikan, mencegah dari kemungkaran dan saling berbuat adil di antara sesamanya. Sementara kami suka minum arak, berzina, melakukan hal-hal yang haram, melanggar janji, suka marah, berbuat semena-mena, menyuruh kepada kebencian, melarang hal-hal yang diridhai Allah dan berbuat kerusakan di bumi. Umat Islam kuat bukan karena senjata, bukan semata-mata karena jumlah orang, bukan pula semata karena teknologi atau ekonomi. Umat Islam kuat karena melaksanakan perintah Allah SWT. Wallahu a’lam.


republika




RAMADHAN, BULAN PROKLAMASI


“Bulan Ramadhan, bulan yang di dalamnya diturunkan (permulaan) Al Quran sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu dan pembeda (antara yang hak dan yang bathil)” (QS.Al-Baqarah: 185)

Hari-hari ini, hampir seluruh bangsa Indonesia merayakan dan memperingati hari kemerdekaannya. Namun tidak sedikit bangsa Indonesia –terutama umat Islam– yang mengetahui bahwa hari kemerdekaan Indonesia yang jatuh pada tanggal 17 Agustus 1945 itu bertepatan dengan hari Jum’at tanggal 9 Ramadhan.
Hari Jum’at di mata umat Islam adalah penghulu hari-hari. Sebagaimana sabda Rasulullah saw: “Sesungguhnya hari Jum’at adalah sayyidul Ayyam (penghulu hari-hari). Sedangkan bulan Ramadhan adalah bulan suci, bulan yang diturunkannya wahyu pertama kepada Nabi saw sebagaimana bunyi ayat yang tercantum di atas.

Dalam catatan sejarah, banyak peristiwa kemenangan terjadi pada bulan Ramadhan. Sebut saja perang Badr yang merupakan perang pertama dalam sejarah umat Islam. Perang yang terjadi pada tahun 2 Hijrah itu benar-benar merupakan “Perang Eksistensi”. Sebab jika umat Islam kalah pada saat itu, maka selesailah kelanjutan sejarahnya. Perang dengan jumlah pasukan muslimin yang lebih kecil sebanyak 313 pasukan melawan pasukan kaum musyrikin sebanyak 1000 pasukan, justru kemenangan diraih pihak kaum muslimin. Padahal dilihat dari segi jumlah pasukan, perlengkapan dan pengalaman yang dimiliki kaum muslimin jauh berbeda dengan yang dimiliki kaum musyrikin. Tentu saja kemenangan itu berkat bantuan Allah SWT. Sebagaimana firman Allah SWT yang artinya: “(ingatlah), ketika kamu memohon pertolongan kepada Tuhanmu, lalu diperkenankan-Nya bagimu: "Sesungguhnya Aku akan mendatangkan bala bantuan kepada kamu dengan seribu malaikat yang datang berturut-turut" (QS. Al-Anfal: 9).
Mustahil rasanya kaum muslimin mendapat kemenangan saat itu jika melihat minimnya pasukan dan perlengkapan serta pengalaman yang dimiliki kaum muslimin.
Demikian juga dengan umat Islam di Indonesia kala itu. Jika kita melihat minimnya persenjataan yang kita miliki dalam meraih kemerdekaan Indonesia dari penjajahan bangsa Belanda, agaknya mustahil kita akan meraih kemenangan dan kemerdekaan. Bayangkan saja, senjata bambu runcing melawan tank-tank yang besar? Namun karena kegigihan, semangat dan keikhlasan bangsa ini untuk merdeka, maka Allah SWT menanamkan rasa takut di hati kaum penjajah. Sama halnya Allah memberi rasa ketakutan di hati kaum Quraisy saat perang Badr. Allah SWT berfirman: “(ingatlah), ketika Tuhanmu mewahyukan kepada para malaikat: "Sesungguhnya Aku bersama kamu, Maka teguhkan (pendirian) orang-orang yang Telah beriman". kelak akan Aku jatuhkan rasa ketakutan ke dalam hati orang-orang kafir, Maka penggallah kepala mereka dan pancunglah tiap-tiap ujung jari mereka.” (QS. Al-Anfal: 12)
Tidak aneh jika Allah SWT memberi kemenagan dan kemerdekaan kepada bangsa ini. Sehingga tidak berlebihan jika dalam pembukaan UUD 1945 tertulis: “Dengan rahmat Allah SWT bangsa Indonesia telah sampai kepada pintu gerbang kemerdekaan”. Sebab, tanpa rahmat Allah SWT, rasanya mustahil bangsa Indonesia mencapai pintu kemerdekaan. Kalimat “rahmat Allah SWT” yang tertuang pada pembukaan UUD 1945 tersebut, sesuai dengan hadits Nabi saw yang berbunyi; “Bulan Ramadhan pase pertamanya adalah rahmat, pertengahannya adalah maghfirah (ampunan) dan akhiirnya adalah kebebasan dari api neraka”. (HR: Muslim). Bukankah proklamasi kemerdekaan Indonesia terjadi pada tanggal 9 Ramadhan yang merupakan pase pertama bulan Ramadhan yang penuh rahmat? Subhanallah !!. Inilah yang harus dipahami umat islam, sehingga umat Islam tidak bersikap sekuler dan nasionalis buta.
Sisi lain yang memberi semangat perjuangan bangsa, terutama umat Islam Indonesia kala itu adalah semangat mengusir penjajah kafir. Mereka –para penjajah– selain menguasai kekayaan Indonesia juga menyebarkan agama mereka. Sehingga tidak heran, para ulama dan kyai saat itu menanamkan kebencian kepada santri dan masyarakat terhadap kaum kafir yang menjajah umat Islam. Oleh karena itu tercatat dalam sejarah, dari Sabang hingga marauke, nama-nama pahlawan yang mayoritas adalah umat Islam dan kaum ulama. Sebut saja umpamanya Teuku Umar, Imam Bonjol, Sultan Hasanudiin, Syarif Hidayatullah, Pangeran Dipenogoro, Syeikh Yusuf al-Makassari dan lain sebagainya.
Perang umat Islam dengan kaum kafir yang kemudian dimenangkan umat Islam dan terjadi pada bulan Ramadhan juga adalah perang Sabil. Pasukan umat Islam yang dipimpin oleh Sholahuddin al-Ayyubi melawan kaum Salibis dapat dimenangkan oleh kaum muslimin, dan Masjidil Aqsha pun dapat jatuh kembali ke tangan umat islam.
Untuk itu, dalam memperingati hari kemederkaan RI dan mendekati masuknya bulan Ramadhan, hendaknya umat Islam mengintrospeksi mengapa kini umat islam terpuruk di bangsanya sendiri?, mengapa umat islam menjadi tamu di negerinya sendiri. Apakah memang telah terjadi pergeseran akidah dan semangat antara umat Islam dahulu dengan umat Islam kini? Jika dulu asset bangsa yang dirampas kita rebut kembali, kini sebaliknya, asset negara dijual ke pihak asing? Jika dulu setiap kita mempersembahkan apa saja untuk negara, kini justru merampas harta negara untuk kepentingan dirinya. Jika dulu berjuang demi agama dan umat, kini berjuang hanya untuk dunia. Apakah ini yang menyebabkan bangsa ini terpuruk?.
Dalam Ramasdhan yang akan kita masuki nanti-lah waktu yang tepat untuk membersihkan hati, meluruskan niat, dan memompa semangat spritual dan semangat juang. Oleh karena itu, dalam hidupnya Nabi saw tidak pernah meninggalkan momen Ramadhan sebagai charger (pengisi) kekuatan iman dengan cara beri’itikaf.
Proklamasi kemerdekaan terjadi pada bulan Ramadhan dan kemenangan-kemenangan pun banyak terjadi pada bulan Ramadhan. Marilah kita isi kemerdekaan in dengan semangat Ramadhan. Semangat membangun lahir dan batin. Semangat berjuang mencari ridho Alllah SWT. Semoga kita dapat meraih kembali kemerdekaan yang hakiki. Amin.




Prof. Mansur Suryanegara:

 Indonesia Merdeka Karena Perjuangan Ulama

sumber: http://www.eramuslim.com/berita/bincang/prof-mansur-suryanegara-indonesia-merdeka-karena-perjuangan-ulama.htm

Tak banyak tahu bila kemerdekaan bangsa ini atas pengorbanan dan jerih payah para ulama kita. Mereka tidak hanya berjuang melawan penjajah secara fisik, tapi juga harta benda. Tak hanya itu mereka pula yang menyusun dan merancang konsep kemerdekaan Negara ini.

Untuk mengetahui lebih jauh, eramuslim menemui sejarawan Mansur Suyanegara. Inilah kutipannya:


Kolonialisme seolah tak pernah berhenti di negara-negara Islam, termasuk di Indonesia. Bagaiamana Anda melihat hal ini? 

Perjuangan nasionalisme menentang penjajah itu tokohnya adalah ulama dan santri. Sehingga, Thomas S. Raffles, dalam bukunya The History of Java, di situ menjelaskan ulama itu tidak melakukan kerjasama dengan sultan. Bahkan tidak mungkin kaki tangan penjajah aman di Indonesia, kendati jumlah ulama dan santri hanya sepersembilan belas dari populasi penduduk di Jawa pada waktu itu. Jadi, adanya penjajahan itu dimulai 1494, dari Paus Alexander ke VI. Paus inilah yang memberikan kewenangan kepada kerajaan Katholik Portugis untuk menguasai belahan dunia timur, dan kerajaan Katholik Spanyol menguasai belahan Barat. Lalu sampailah ke Indonesia orang-orang Portugis itu pada tahun 1511 dengan menguasai Malaka.


Dari mana kaum penjajah menguasai wilayah Islam?


Sejak itulah ada serangan dari kesultanan Demak terhadap Malaka. Kenapa menyerang Malaka? Karena kuatnya Islam itu tergantung pada penguasaan pasar dan pengusaan maritim. Karena Nabi sendiri, sejak umur delapan tahun sebelum diangkat sampai menjadi Nabi seorang wirausahawan. Di dalam Al-Qur’an sendiri banyak ayat yang berbicara tentang perniagaan dan maritim. Di dalam Al-Qur’an ada 40 ayat yang berbicara tentang maritim. Inilah yang tidak dikuasai para ahli sejarah pada umumnya.

Mereka sering menggambarkan Rasulullah hanya dengan padang pasir dan onta. Tidak ada orientasi pada kelautan. Padahal, Islam itu kuat karena menguasai laut. Dan jazirah Arabia itu sendiri berarti wilayah yang dikelilingi laut. Karena kita dikuasai sejarah Barat, informasi kelautan itu hanya dimiliki Inggris.


Jadi mereka memakai metode Nabi Saw?


Inggris itu meniru Islam. Maka saya angkat kembali bagaimana kita sebagai bangsa Indonesia yang mempunyai laut terbesar di dunia, tidak ada negara yang punya laut seluas Indonesia, maka kalau perhatian pada lautnya kurang, kita tidak tahu informasi sejarah Rasulullah menguasai dunia.


Bukankah Indonesia dulu juga diperjuangkan para ulama kita?


Setelah Indonesia ini merdeka, ada dua kekuatan yang disepelekan masyarakat. Setelah perang selesai, ada dua kekuatan, yaitu ulama dan militer yang tidak dianggap berperan dalam menegakkan NKRI. Padahal ulama dan militer adalah satu kesatuan. Karena PETA, pasukan bentukan Jepang, sewaktu mengikuti Indonesia, yang terdiri atas 68 batalyonnya, semuanya ulama. Jadi pada masa Jepang ulama diberi kesempatan untuk memimpin organisasi kesenjataan (kemiliteran). Maka umat Islam mempunyai kekuatan yang dahsyat. Saya katakan dahsyat, karena di kalangan NU diberi kewenangan untuk membina 50 batalyon Hizbullah. Anda bisa bayangkan ketika Proklamsi kekuatan militer dari Islam itu luar biasa besarnya. Bung Karno sendiri ketika pidato Proklamasi tanggal 9 Ramadhan 1364 H/ 17 Agustus 1945, kalau tanpa dukungan ulama tidak akan berani.


Kenapa begitu?


Karena tanggal 6 dan 9 Agustus ada dua bom yang dijatuhkan AS di Hiroshima dan Nagasaki. Tidak ada bangsa yang bisa menghancurkan bangsa, yang sampai flora dan faunanya hancur mati, kecuali hanya AS. Itulah kenapa Yahudi dianggap kejam. Padahal tidak pernah flora dan fauna Yahudi yang dihancurkan. Tapi kalau AS, orang yang sedang sakit sampai rumah sakitnya dihancurkan. Dalam kondisi demikian Jepang, tanggal 14 Agustus, bertekuk lutut. Lha kenapa Indonesia berani memproklamirkan kemerdekaannya tanggal 17? Itu karena Bung Karno didukung oleh ulama.


Misalnya siapa dari ulama itu?


Umpanya Syekh Musa, itu ulama dari Sukanegara, Cianjur Selatan. Lalu dari Bandung ada Drs. Sosrokartono, kakaknya RA. Kartini. Lalu ada Abdul Mukti dari Muhammadiyah, dan dari NU KH. Hasyim Asy’ari. Mereka inilah yang memberi tahu bahwa Jepang tidak akan mengganggu Indonesia lagi. Dan Hasyim Asy’ari waktu juga bilang bahwa presiden pertamanya adalan Bung Karno, dan itu disetujui angkatan laut Jepang.


Bisa dijelaskan lebih lanjut?


Jadi ketika tanggal 10 Ramadhan tau 18 Agustus, Pancasila yang merumuskan itu tiga orang. Yakni, KH Wahid Hasyim dari NU, Ki Bagus Hadi Kusumo dari Muhammadiyah, dan Kasman Singodimedjo, juga dari Muhammadiyah. Mereka itulah yang membuat kesimpulan Pancasila itu sebagai ideologi, UUD 45 sebagai konstitusi. Kalau tidak ada mereka, BPUPKI tidak akan mampu, walaupun diketuai oleh Bung Karno sendiri. Dari situ pula Bung Karno diangkat jadi presiden, dan Bung Hatta sebagai wakil presiden. Jadi negara ini yang memberi kesempatan proklamasi seperti itu adalah ulama.

Dan ketika ada gerakan separatis APRA (Angkatan Perang Ratu Adil), KNIL, RMS (Republik Maluku Selatan), lalu dibuat negara kesatuan. Itu atas perjuangan dan usaha M. Natsir dari Masyumi dan Persatuan Islam. Jadi kita bisa melihat sumbangan ulama itu sangat besar.


Sekarang ini ulama dilupakan? 


Iya dilupakan. 


(dina)


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

sabily