Sabtu, 19 Juni 2010

Bila Peramal Putus Asa

I don’t believe it.

Sejak dulu saya memang tak pernah percaya dengan segala sesuatu yang berbau dukun atau peramal. Saya tidak pernah suka dengan hal apapun yang berbau perdukunan dan peramalan hingga kini. Apalagi dengan dukun dan peramal bau. Bau-bau apa gitu.

Nah, ceritanya tadi malam tidak sengaja sekilas melihat acara di salah satu TV swasta yang menghadirkan tokoh peramal top. Tetapi kehadirannya dalam acara tersebut, bagi saya sangat menggelikan. Bahkan merusak reputasinya sendiri sebagai peramal tempat orang linglung minta tolong selama ini.

Siapa yang tak kenal Ki Joko Bodo?-selanjutnya disebut KJB-. Bagi yang masih menjalin kemesraan dengan dunia klenik, dukun dan ramalan, namanya adalah taruhan bagi keberuntungan. Simaklah salah satu kutipan promosi iklannya di televisi yang sempat saya rekam berikut ini:

Perhitungan weton Jawa.

Diyakini sejak 2000 tahun lalu.

Perhitungan weton berdasarkan pedoman hari kelahiran.

Ketik Reg Weton kirim ke 9877.

“Weton Senen Pahing, orangnya tegas, jujur, perasa, giat dan bercita-cita tinggi. Ingin tahu weton Anda, Ketik Reg Weton kirim ke 9877. Saya KJB, akan menuntun Anda menjalani hari berdasarkan perhitungan Weton atau hari kelahiran Anda. Ketik Reg Weton kirim ke 9877. Tuntunan Saya akan membantu Anda memutuskan yang terbaik dalam karir dan jodoh. Ketik Reg Weton kirim ke 9877. Percayalah, pas untuk Anda”.

Gagah bukan? Ia seperti dewa penolong bagi yang kesusahan dalam karir dan jodoh. Ia seperti wakil Tuhan pemegang kunci yang dapat membuka segala keberuntungan orang. Bahkan memprovokasi siapapun supaya percaya pada kemahirannya mengotak-atik urusan karir dan jodoh. Sebuah wilayah yang menjadi otoritas Tuhan. Luar biasa, dia berani “merebut” otoritas itu dan menjualnya kepada orang-orang yang tersesat jalan.

Adalah acara “Take Celebrity Out” yang diikuti KJB itu menggelikan menurut saya. Mengapa? Pertama, kata isteri saya acara itu dikemas untuk mencari jodoh para lajang yang belum memiliki pasangan. Jika beruntung, para peserta akan mendapat pasangan yang menurut mereka cocok bahkan bisa sampai ke jenjang perkawinan. Nah loh, jadi selama ini mengaku-ngaku bisa membantu pasien memutuskan yang terbaik dalam karir dan jodoh, jodohnya sendiri seret?

Kedua, bukankah keikutsertaannya akan melunturkan “kesaktian” yang selama ini diklaimnya sebagai menguasai probelm perjodohan?

Ketiga, bagi para pemuja klenik yang tersesat jalan, secara tidak sengaja KJB tengah mengajak mereka untuk lari dari perdukunan dan ramalan yang selama ini menjadi profesi dan mata pencahariannya. Seakan yang dikatakan KJB bukan lagi jaminan masa depan karir dan jodoh pasiennya, tetapi ratapan memilukan, ”Pulanglah, aku sendiri tak bisa meramal jodohku”. Begitu Kira-kira jika dibahasakan.

Maka dalam benak saya, KJB dan Take Celebrity Out adalah “dakwah” yang paling autentik untuk mengajak orang kembali kepada tauhid dan membersihkan soal jodoh dan karir dari kemusyrikan. Jodoh dan karir jangan lagi melibatkan dukun, peramal atau orang pintar tetapi dengan menapaki jalan dan cara-cara wajar. Autentiknya karena seruan itu justeru bukan datang dari mulut kyai, ustadz atau guru ngaji. Tetapi dari aksi real seorang “dukun sakti”. Adapun Take Celebrity Out tidak sesuai cara-cara Islami, adalah soal lain yang menyatu dalam hiburan itu.

Tapi, ini adalah perspektif saya yang sedang belajar menulis. Bukan perspektif KJB atau pengemas acara para jomblo itu.

Lalu, apakah sisa-sisa orang yang masih mesra dengan dukun atau peramal menyadari persoalan ini? Allahu a’lam. Mungkin mereka menganggap KJB sekedar senang-senang atau main-main saja. Begitu juga barangkali KJB sendiri.

Namun yang perlu digarisbawahi, bahwa jodoh, karir, keberuntungan atau rizki tidak bisa dimintatolongkan kepada manusia apalagi melalui ritual orang pintar, paranormal, peramal atau berbagai sebutan lain yang ajung-ujungnya adalah dukun. Melibatkan mereka dalam urusan ini berdampak rusaknya urusan agama, runtuhnya bangunan tauhid dan keimanan seorang muslim.

Apabila mereka tidak terlalu ngeh dengan autentitas kehadiran KJB di acara itu bagi lunturnya magis perdukunan, rusaknya agama, runtuhnya tauhid dan iman mereka, maka perlu kita ulangi sabda verbal Rasulullah berikut:

“Barangsiapa mendatangi dukun atau peramal dan bertanya kepadanya tentang sesuatu (lalu mempercayainya) maka shalatnya selama empat puluh malam tidak akan diterima”. (HR. Muslim).

” Barangsiapa mendatangi dukun atau peramal dan percaya kepada ucapannya maka dia telah mengkufuri apa yang diturunkan Allah kepada Muhammad Saw.” (HR. Abu Dawud).

” Ramalan mujur-sial adalah syirik. (Beliau mengulanginya tiga kali) dan tiap orang pasti terlintas dalam hatinya perasaan demikian, tetapi Allah menghilangkan perasaan itu dengan bertawakal.” (HR. Bukhari dan Muslim).

Cukuplah bagi kita apa yang diramalkan Nabi mulia, penutup para Nabi yang tiada lagi Nabi sesudahnya; Muhammad shallalaahu ‘alaihi wa sallam. Semoga sholawat dan salam selalu melimpah ruah kepadanya. Alahumma shalli ‘alaa Muhammad wa aali Muhammad.

***

Di sela-sela pengajian akbar yang saya ikuti pada 6 Juni lalu, saya bertemu dengan dermawan yang berbaik hati meliput seluruh rangkaian acara pengajian dari A sampai Z. Saat itu, beliau curhat.

“Pak, saya bingung. Putri saya belum juga berjodoh. Usianya sudah 29. Beberapa lelaki yang sempat saya perkenalkan, katanya tidak ada yang cocok”.

”Tapi, kecocokan itu penting untuk sebuah rumah tangga, bukan?”

”Benar, tapi kalau semuanya tidak ada yang cocok, yang cocok yang mana?”

”Saya bisa mengerti kegundahan bapak. Namun dalam urusan jodoh, kita hanya sebatas ikhtiar dan memohon kepada Pemberi Jodoh. Saya kira upaya bapak sudah tepat dengan memperkenalkan calon yang memang menurut timbangan pantas untuk putri bapak. Masalahnya yang akan menjalani kehidupan berumah tangga bukan kita. Cocok bagi kita, tapi tidak cocok untuk putri kita, bagaimana?”

”Apa ada yang kurang ya sehingga rasanya masih jauh jodoh putri saya?”

”Tapi, kalau saya pahami cerita bapak, yang menolak bukan pasangan yang bapak perkenalkan, tapi putri bapak sendiri. Bukan begitu?”

”Iya, benar”.

Dilema jodoh memang faktual, nyata dan membumi dalam keseharian. Garis jodoh adalah garis nasib manusia yang sepenuhnya berada digenggaman Allah subhaanahu wa ta’aala. Kita manusia hanya mampu sebatas mengupayakan datangnya jodoh, sementara yang mendatangkan bukan lagi wewenang orang tua atau siapapun. Maka dalam kekalutan mengahadapi dilema ini, ada begitu banyak jalan yang ditempuh orang untuk mendapatkan jodoh. Jalan hitam atau jalan putih yang ditapaki, kembali kepada pedoman hidup masing-masing orang.

Soal pilihan jodoh, Rasulullah memang pernah menegaskan sarat utama, yaitu pilihlah mereka yang bagus agamanya. Soal selain daripada itu sifatnya relatif berpulang kepada kriteria masing-masing. Sekiranya seseorang memiliki kriteria calon jodoh yang terlalu sempurna, barangkali bisa dipikir ulang selama kriteria itu bukan persoalan yang sangat prinsip untuk menjalin hidup bersama. Rasanya memang tidak mungkin mencari kesempurnaan mutlak di dunia yang serba tidak sempurna ini.

Ada banyak nasehat agar kita sabar mengahadapi dilema kedatangan jodoh. Beberapa diantaranya menekankan pentingnya seseorang berperilaku dengan akhlak yang terpuji. Akhlak yang terpuji bukan hanya disukai semua orang, tetapi juga dicintai Allah dan semua makhluk di langit.

Rajin membangun jaringan ukhuuwah dan sillaturrahim, juga sangat dianjurkan. Jaringan ukhuwwah dan sillataurrahim akan memperluas akses kepada banyak orang asalkan tetap memperhatikan kepada siapa menjalin sillaturrahim itu. Sudah barang tentu, komunitas saleh dan salihah merupakan pilihan selamat dalam menjalin hubungan kepada banyak orang.

Yang juga sangat pokok adalah menanam sebanyak-banyak biji kebajikan kepada setiap yang kita kenal. Kelak biji-biji kebajikan itu akan tumbuh, berbunga dan berbuah yang akan kita petik dalam beraneka ragam kebajikan. Semakin banyak kebajikan yang ditanam, semakin besar peluang memetik buah kebajikannya kelak. Bahkan seringkali, buah kebajikan yang dipetik jauh lebih membahagiakan dari angan-angan yang tak terlintas.

Do’a, intensitas ibadah dan tawakkal kepada Allah adalah frame yang membingkai usaha memudahkan jodoh. Jangan pernah berpaling dari Allah, begitu kira-kira bahasa singkatnya.

“Pak, semoga putri bapak dimudahkan menerima jodoh pilihan Allah yang terbaik untuknya”.

”Aamiin”.

Allaahu a’lam.

Depok, juni 2010.

abdul_mutaqin@yahoo.com

Selasa, 15 Juni 2010

Nama Saya Ingin Menjadi H. Antonius Aribowo Sebelum Bapak Saya Tiada


Nama saya Antonius Aribowo, memeluk Islam pada tgl 25 Maret 1999 di Masjid Pogung Kidul UGM Bulaksumur, Yogjakarta dengan bimbingan Ustadz Arief yang juga beliau ini merupakan salah satu Imam Besar di Masjid Madinah. Saya tertarik dengan Islam karena sebuah buku berjudul "Maut" karangan Sidi Gazalba. Saya mempelajari beberapa aliran spiritual dan agama bahkan sempat menjadi atheis alias tidak percaya kepada Sang Pencipta. 

Berproses dan bergumul dengan pemikiran - pemikiran tentang kehidupan semenjak saya tergelitik dengan makna hidup ini, dari mana awalnya, apa tujuannya, kenapa saya dilahirkan, kenapa harus ada saya di muka bumi ini, dst. Bertubi - tubi berkecamuk dalam pikiran sya pertanyaan - pertanyaan tersebut.

Buku demi buku saya baca, pertanyaan demi pertanyaan saya lontarkan kepada teman - teman, diskusi demi diskusi, permenungan demi permenungan, dst, saya mulai sekitar tahun 1996.

Pada suatu ketika, saat saya bekerja di sebuah SLTP d bawah naungan sebuah Yayasan Katholik yang cukup tersohor, dimana saya saat itu bekerja sebagai security yang ditemani seekor anjing besar bernama Alien, pada tahun 1995 akhir, saya menemukan sebuah buku yang tergeletak di meja satpam yang dibawa seorang teman Muslim. Entah dia sengaja meninggalkan buku tersebut ataukah tertinggal, saya tergelitik untuk membacanya setelah tergeletak selama satu minggu.. 

Buku tersebut tadinya tidak menarik perhatian saya karena sampulnya bergambar Masjid dan tampak lusuh. 

Saya sangat membenci Islam dan segala simbolnya kala itu! Islam itu kejam, bahasanya bahasa perang, wanita dikesampingkan peranannya, dsb. Intinya, saya sama sekali benci dengan yang namanya Islam, bahkan jika suara adzan berkumandang, saya merasa risih dan menganggap orang Islam itu egois dan tidak toleran terhadap penganut agama lain yang tidak suka bangun pagi - pagi buta tapi dibuat suara berisik oleh suara adzan tersebut memaksa saya yang sudah begadang menjaga sekolah, hendak istirahat sebentar saja malah diteriaki suara adzan dari sebelah bangunan tempat saya bekerja tsb!  Huhh, sungguh saya bisa mengumpat dan tak jarang mengomel sendirian demi mendengar adzan subuh yang dikumandangkan Muadzin. Na'udzubillah...

Karena buku tersebut bergambar Masjid, maka tiada berminat saya menyentuhnya. Namun, entah kenapa.. saya akhirnya membuka dengan asal pada halaman yang jauh. Di dalam lembar iru, saya terbentur dengan sebuah sub judul yang menuliskan tentang Yesus! Wah ini kok buku bergambar Masjid tapi ada tulisan "Yesus" nya? Kurang ajar bener nih, kata saya dalam hati sambil bergumam..

Dari situlah titik balik pemahaman saya terhadap Islam sedikit berubah.. ya, sedikit saja berubah. Namun saya masih belum berminat dengan ISLAM!

Waktu berlalu sampai empat keyakinan saya anut..

        Hingga, pada tahun 1999, seorang kawan baik saya saat kuliah di Fak Psikologi UGM, memimjamkan sebuah buku berjudul "MAUT". Pada ayat yang berbunyi:                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                       "Barangsiapa yang menyangka bahwa Allah sekali-kali tiada menolongnya (Muhammad) di dunia dan akhirat, maka hendaklah ia merentangkan tali ke langit, kemudian hendaklah ia melaluinya, kemudian hendaklah ia pikirkan apakah tipu dayanya itu dapat melenyapkan apa yang menyakitkan hatinya."  (QS. Al-Hajj: 15)                                                                                    

Berurai airmata dan bergetar dada saya..      

                                                                                               

Demikianlah Allah membuka pintu hidayahNYA kepada saya yang hina ini...Saya benar - benar berurai airmata dan terisak - isak sendirian saat itu di keheningan malam.. SUBHANALLAH...

Sesungguhnya, masih banyak cerita saya yang belum tertulis di sini, sangat banyak dan penuh lika – liku… Namun lain waktu Insya’Llah saya akan tuliskan kisah – kisah seru saya, terutama menghadapi “perseteruan” dengan kedua orangtua saya yang sampai tulisan ini saya posting, mereka masih dalam "kegelapan" (bukan Muslim).

        Saat ini saya berkeinginan untuk segera menunaikan Ibadah Haji… Mohon bantu saya dengan do’a dari saudara – saudariku Muslim. Mohon do’anya, ya… Jazzakumullah khoiron katsiro.



sabily